ENEWS.ID - Selain membangun pesantren, ulama memiliki hubungan kuat dalam bidang spiritual maupun intelektual. Mereka mendefinisikan diri sebagai bagian dari komunitas ulama yang memiliki sanad bersambung kepada ulama-ulama Nusantara di Mekah. Salah satu ulama Nusantara yang berpengaruh adalah Syekh Mahfuzh Al-Termasi.
Ia adalah Ulama yang mempunyai pengaruh besar dalam khazanah keilmuan Timur Tengah dan Nusantara. Sanad keilmuan dan jaringan guru-murid dari Syekh mahfuzh berperan penting dalam memperkuat konsolidasi ulama-ulama Nusantara.
Karena itu Islam Nusantara Center (INC) mengangkat “Syekh Mahfuzh al-Termasi” sebagai tema dari ngaji sejarah (Sabtu 25/02) bersama Zainul Milal Bizawie. Membaca kembali Sanad dan Jejaring Syekh Mahfuz Tremas serta pengaruhnya bagi perjuangan bangsa Indonesia.
Gus Milal Bizawie yang konsen dalam sejarah, menempatkan Syekh Mahfuz Tremas sebagai tokoh yang memiliki peran strategis, selain ulama besar lainnya seperti Syekh Nawawi Banten. Ia sebagai guru utama dalam komunitas al Jawi di Mekah, menjadi salah satu ulama paling penting yang berperan dalam proses transmisi Islam dan ketersambungan sanad ke Nusantara.
Beberapa murid Syekh Mahfuzh yang populer antara lain Kh. Dalhar Watucongol, Kh. R. Maskumambang Surabaya, Kh. As’ad Syamsul Arifin Situbondo, Kiai Abbas dan Kh Anas Cirebon, Raden Dahlan As Samarani Semarang, Kiai Muhammad Dimyati Tremas, Kiai Khalil Lasem, Kiai Muhammad Faqih bin Abdi al Jabbar al Maskumambang, Kiai Baidhawi Lasem, Kiai Abdul Mihaimin bin Abdul Aziz Lasem, Kiai Nawawi Pasuruan, Kiai Abdul Muhith Sidoharjo, Sykeh Ihsan Dahlan Jampes Kediri, Syekh Muhammad Yasin Padang. Yang terakhir ini merupakan guru besar hadits dan ushul fiqih di perguruan Dar al-Ulum Mekah.
Penulis Masterpiece Islam Nusantara ini juga menyebutkan bahwa salah satu murid dari Syekh Mahfuzh adalah adik kandungnya sendiri yang kemudian menjadi menantu dari Kh Sholeh Darat. “Syekh Ahmad Dahlan yang merupakan adik sekaligus muridnya dianjurkan belajar lagi ke KH. Sholeh Darat, hingga diangkat menjadi menantu. Dan nantinya putranya yang bernama Abdul Hadi merantau menyebarkan Islam ke Jembrana Bali.” jelasnya.
Hal itu menandakan bahwa selain sanad keilmuan yang melahirkan tokoh dan ulama besar, sanad secara nasab juga tercatat nama-nama besar. Ayahnya bernama Syekh Abdullah yang melahirkan ulama besar selain Syekh Mahfuz.
Milal menjelaskan “Syekh Abdullah ini punya putra bernama Syekh Mahfuzh, Syekh Ahmad Dahlan dan ada dua lagi yang jadi ulama besar. Pertama adalah Syekh Dimyati yang menggantikan di Tremas”
Ia melanjutkan “terakhir yang jarang disebut adalah Syekh Abdurrozaq yang bergelut di dunia tarekat. Beliau adalah salah satu mursyid di tarekat syadziliyyah”.
“Sanad guru-murid tersebut yang memperkuat jejaring. Syekh Mahfuz yang melanjutkan perjuangannya Syekh Nawawi Banten yang melanjutkan Syekh Khotib Sambas, dan kakeknya, Syekh Abdul Manan” jelas Milal.
Syekh Abdul Manan Dipomenggolo adalah kakek dari Syekh Mahfuzh. Ia juga seorang ulama besar di Tremas Pacitan. Beliaulah yang mendirikan Pesantren Tremas. Syekh Abdul Manan adalah santri dari Pesantren Tegalsari Ponorogo, Pesantren besar di Jawa. Milal mengatakan “Jadi pada awal abad 19, pesantren terbesar di Jawa adalah Pesantren Tegalsari sebelum ada Tebu ireng dan Tambak Beras. Di Tegalsari juga, Pangeran Diponegoro pernah nyantri”
“Banyak santri dari pesantren ini, Pakubuwono II, Ronggowarsito.” lanjutnya.
Tidak ada keterputusan antara sanad keilmuan, sanad perjuangan/ harakah dan sanad teriqoh sehingga menciptakan kekuatan besar. “Karenanya Ketika Mbah Hasyim Asyari mendirikan Nahdlatul Ulama dan akhirnya membuat keputusan Resolusi Jihad, semua ulama langsung nyambung dan solid dalam melawan penjajah di tanah air”, pungkas Milal.
Sebelumnya, di tempat dan hari yang sama (INC) juga digelar Kajian Turats seri 2 bersama Ginanjar A Sya’ban. Membahas dan menelusuri sanad keilmuan Syekh Mahfuzh Al-Tarmasi. Kajian ini diadakan rutin setiap hari Sabtu. (MA/Noor)
Ia adalah Ulama yang mempunyai pengaruh besar dalam khazanah keilmuan Timur Tengah dan Nusantara. Sanad keilmuan dan jaringan guru-murid dari Syekh mahfuzh berperan penting dalam memperkuat konsolidasi ulama-ulama Nusantara.
Karena itu Islam Nusantara Center (INC) mengangkat “Syekh Mahfuzh al-Termasi” sebagai tema dari ngaji sejarah (Sabtu 25/02) bersama Zainul Milal Bizawie. Membaca kembali Sanad dan Jejaring Syekh Mahfuz Tremas serta pengaruhnya bagi perjuangan bangsa Indonesia.
Gus Milal Bizawie yang konsen dalam sejarah, menempatkan Syekh Mahfuz Tremas sebagai tokoh yang memiliki peran strategis, selain ulama besar lainnya seperti Syekh Nawawi Banten. Ia sebagai guru utama dalam komunitas al Jawi di Mekah, menjadi salah satu ulama paling penting yang berperan dalam proses transmisi Islam dan ketersambungan sanad ke Nusantara.
Beberapa murid Syekh Mahfuzh yang populer antara lain Kh. Dalhar Watucongol, Kh. R. Maskumambang Surabaya, Kh. As’ad Syamsul Arifin Situbondo, Kiai Abbas dan Kh Anas Cirebon, Raden Dahlan As Samarani Semarang, Kiai Muhammad Dimyati Tremas, Kiai Khalil Lasem, Kiai Muhammad Faqih bin Abdi al Jabbar al Maskumambang, Kiai Baidhawi Lasem, Kiai Abdul Mihaimin bin Abdul Aziz Lasem, Kiai Nawawi Pasuruan, Kiai Abdul Muhith Sidoharjo, Sykeh Ihsan Dahlan Jampes Kediri, Syekh Muhammad Yasin Padang. Yang terakhir ini merupakan guru besar hadits dan ushul fiqih di perguruan Dar al-Ulum Mekah.
Penulis Masterpiece Islam Nusantara ini juga menyebutkan bahwa salah satu murid dari Syekh Mahfuzh adalah adik kandungnya sendiri yang kemudian menjadi menantu dari Kh Sholeh Darat. “Syekh Ahmad Dahlan yang merupakan adik sekaligus muridnya dianjurkan belajar lagi ke KH. Sholeh Darat, hingga diangkat menjadi menantu. Dan nantinya putranya yang bernama Abdul Hadi merantau menyebarkan Islam ke Jembrana Bali.” jelasnya.
Hal itu menandakan bahwa selain sanad keilmuan yang melahirkan tokoh dan ulama besar, sanad secara nasab juga tercatat nama-nama besar. Ayahnya bernama Syekh Abdullah yang melahirkan ulama besar selain Syekh Mahfuz.
Milal menjelaskan “Syekh Abdullah ini punya putra bernama Syekh Mahfuzh, Syekh Ahmad Dahlan dan ada dua lagi yang jadi ulama besar. Pertama adalah Syekh Dimyati yang menggantikan di Tremas”
Ia melanjutkan “terakhir yang jarang disebut adalah Syekh Abdurrozaq yang bergelut di dunia tarekat. Beliau adalah salah satu mursyid di tarekat syadziliyyah”.
“Sanad guru-murid tersebut yang memperkuat jejaring. Syekh Mahfuz yang melanjutkan perjuangannya Syekh Nawawi Banten yang melanjutkan Syekh Khotib Sambas, dan kakeknya, Syekh Abdul Manan” jelas Milal.
Syekh Abdul Manan Dipomenggolo adalah kakek dari Syekh Mahfuzh. Ia juga seorang ulama besar di Tremas Pacitan. Beliaulah yang mendirikan Pesantren Tremas. Syekh Abdul Manan adalah santri dari Pesantren Tegalsari Ponorogo, Pesantren besar di Jawa. Milal mengatakan “Jadi pada awal abad 19, pesantren terbesar di Jawa adalah Pesantren Tegalsari sebelum ada Tebu ireng dan Tambak Beras. Di Tegalsari juga, Pangeran Diponegoro pernah nyantri”
“Banyak santri dari pesantren ini, Pakubuwono II, Ronggowarsito.” lanjutnya.
Tidak ada keterputusan antara sanad keilmuan, sanad perjuangan/ harakah dan sanad teriqoh sehingga menciptakan kekuatan besar. “Karenanya Ketika Mbah Hasyim Asyari mendirikan Nahdlatul Ulama dan akhirnya membuat keputusan Resolusi Jihad, semua ulama langsung nyambung dan solid dalam melawan penjajah di tanah air”, pungkas Milal.
Sebelumnya, di tempat dan hari yang sama (INC) juga digelar Kajian Turats seri 2 bersama Ginanjar A Sya’ban. Membahas dan menelusuri sanad keilmuan Syekh Mahfuzh Al-Tarmasi. Kajian ini diadakan rutin setiap hari Sabtu. (MA/Noor)
This post have 0 comments
EmoticonEmoticon