Thursday, November 3, 2016

Ini Beda Kelas Jokowi Dan SBY Menanggapi Demo 4 November

Presiden Joko Widodo saat Menemui Prabowo
Presiden Joko Widodo saat Menemui Prabowo
ENEWS.ID - Mengapa Presiden Joko Widodo bisa begitu tenangnya menghadapi demo 4 November?? Tidak tampak gelisah dan begitu tenang sehingga lawan politiknya begitu sulit mencari celah dari blunder politik yang akan dilakukannya. Jokowi tidak banyak berbicara dan menyatakan sesuatu, hanya diam dan lebih memilih bekerja, sebuah pedoman yang disimbolkannya dengan kemeja putih yang terus dikenakan.

Jokowi tidak diam meski tidak berbicara. Melalui strategi senyap dan terukur, Jokowi melakukan manuver untuk menenangkan massa yang akan demo 4 November nanti. Manuver pertama adalah menumui Prabowo Subianto untuk menunjukkan bahwa rivalitas keras yang sampai digambarkan beberapa pengamat bisa memecah belah negara bisa bertemu sebagai sahabat dan naik kuda bersama. Entah siapa yang mengajukan, tetapi ide naik kuda bersama menurut saya adalah sebuah simbol politik yang elegan. Adakah Jokowi membuat pernyataan pers dan berpidato?? Tidak, dia cukup memberi keterangan bersama Prabowo.

Tidak berhenti di situ, malamnya Jokowi menemui 35 Pemred. Bukan membahas tentang demo 4 November tentunya tetapi dikumpulkannya beberapa pemred adalah sebuah simbol bagaimana Jokowi ingin melibatkan media dalam menenangkan demo 4 November. Paginya, Jokowi menjumpai para pemuka agama dari MUI, PBNU, dan PP Muhammadiyah. Meminta nasehat sejuk demi menenangkan massa. Apakah Jokowi berpidato?? Tidak, Jokowi tidak berpidato dan menyerahkan panggung kepada para pemuka agama. Jokowi hanya menyatakan beberapa pernyataan dalam pertemuan dan meminta pemuka agama yang menyampaikannya.

Hari ini pun Jokowi nampak tenang dan tidak keluar dari Istana. Bahkan dengan santai menanggapi pernyataan SBY di Cikeas. Jokowi berterimakasih untuk masukan dari SBY juga tentang intelejen. Jokowi juga menyatakan tanpa perlu berpidato bahwa besok semua akan berjalan dengan lancar sehingga semua tidak perlu khawatir dan tetap sekolah dan kerja.

“Bekerja seperti biasanya, yang sekolah ya sekolah seperti biasanya,” ujar Presiden Joko Widodo memberi keterangan kepada wartawan bersama Wapres Jusuf Kalla di Istana Merdeka, Jl Medan Merdeka Utara, Jakpus, Kamis (3/11/2016).

“Yang jelas saya ada di Jakarta. Saya ada di Jakarta,” timpal Jokowi.

Berbeda dengan Jokowi yang tenang, SBY yang merasa tertuduh dan tidak didatangi Jokowi meradang. Mungkin dalam pikiran SBY, dia yang buat ulah malah Prabowo yang dapat panggung. Apalagi SBY tidak akan melewatkan kesempatan ini jadi panggung untuk menyerang Ahok dan menaikkan elektabilitas anaknya. Kita bisa analisa itu dari pidatonya yang menekan Ahok dan menaikkan pamor anaknya. Sayang, SBY yang sepertinya sudah ditinggalkan para konsultan politiknya atau memang sudah sangat gelagapan, melakukan manuver yang tidak tepat. Manuver tersebut adalah berpidato mengenai demo 4 November. Jujur saya heran apa kapasitas SBY sehingga dia merasa perlu melakukan manuver berpidato?? Tidak ada yang menuduh dia menggerakkan demo 4 November ini secara terang-terangan. Apalagi bawa-bawa kasus Munir, apa hubungannya coba??

Kelas kepemimpinan Jokowi dan SBY memang sangat jauh. Jika SBY adalah seorang pemimpin yang dibentuk dengan pencitraan sedangkan Jokowi seorang pemimpin yang dibentuk dalam kesederhanaan, rendah hati, dan tampil apa adanya. SBY menekankan penampilan pemimpin bak seorang raja dengan pidato yang penuh bahasa nasional dan internasional, Jokowi tampil seperti seorang pelayan dengan kehambaan yang luar biasa. Jokowi juga tidak suka berpidato dan hanya sekali-sekali saja.

Itulah yang pada akhirnya membuat mata semua orang terbuka dan membandingkan 2 model kepemimpinan raja dan pelayan ini. Semua pada akhirnya kembali dengan konsekuensi yang berbeda. Jokowi yang disukai lawan dan teman politiknya, sedangkan SBY hidup dengan halusinasi seolah ada tekanan lawan politik dan dia hidup dalam politik narsistiknya. Kini, SBY akhirnya menerima celaan bukan pujian. Ingin dapat panggung politik malah dapat punggung kuda. Ingin terkenal karena ketegasannya, malah terkenal karena lebaran kudanya.

Terakhir saya mau sampaikan. Banggalah kita punya Presiden seperti Jokowi. Dan malulah kita punya mantan seperti SBY, masa lalu kepemimpinan bangsa tanpa ada kerja nyata. Kini, kita punya Presiden yang bisa dibanggakan dan sangat brilian dalam menghadapi tekanan politik dan pergumulan bangsa. Jadi banggalah dengan pasanganmu sekarang dan lupakanlah mantanmu yang melakukan manuver memalukan.

Lalu apa kira-kira yang akan dilakukan Jokowi besok?? Tidak ada yang akan tahu. Tetapi satu yang pasti, dia akan tetap tenang, rendah hati, dan apa adanya.

Salam bangga.

Oleh: PALTI HUTABARAT

Sumber: Seword.com
Editor: Mas Mus

This post have 0 comments


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement